Menjadi Peneliti Bermodal Smartphone


Pada bulan Mei 2010 silam, di Markas Militer Balad, utara Baghdad, Irak, seseorang membawakan seekor katak yang dibungkus plastik kepada seorang sersan bernama  Jonathan Trouern-Trend. Katak ini ditemukan bersembunyi sebuah toilet. Trouern-Trend yang dikenal sebagai seorang ahli identifikasi biologi itu pun mengambil foto si katak lalu mengungahnya melalui aplikasi ponsel pintar iNaturalist. iNaturalist adalah komunitas global tempat orang-orang melaporkan temuan flora dan fauna.

Tidak lama kemudian ada yang mengkonfirmasi foto si katak sebagai Lemon-yellow Tree Frog (Hyla savignyi). Hal yang menarik adalah lokasi temuan katak itu ternyata catatan baru. Selama ini peneliti tidak pernah menemukan katak itu keluar dari region Kurdistan. Continue reading

Insang Manta, Mitos Konyol Pengobatan Tradisional Cina


Membicarakan keindahan dan kekayaan hayati bawah air tidak bisa dilepaskan dari membuka mata bahwa dunia bawah air juga memiliki sisi lain yang rapuh, terintimidasi bahkan nyaris musnah. Baik ekosistemnya maupun komposisi jenis penyusun sampai masing-masing individu. Mari kita ambil satu kasus bagaimana rapuhnya dunia bawah air dari tekanan manusia. Adalah Pari Manta, salah satu spesies paling menakjubkan dari bawah laut, namun sedang menghadapi ancaman sangat serius terhadap status populasinya di dunia. Continue reading

Menakar Islam dan Indonesia, Bisakah?


Kejadian ini begitu kebetulan dan beruntun. Berawal dari salah satu blog yang saya follow, dia me-reblog sebuah tulisan menarik berjudul How Islamic are Islamic Country? Si penulis yang sudah malang-malang megung dari benua Asia sampai Eropa bercerita tentang pengalaman sosialnya hidup di negara yang berlabel muslim dan saat dia menetap di negara barat yang notabene muslim adalah agama minoritas. Tulisan yang sangat mengalir ini seakan-akan memaksa saya untuk mengambil selangkah ke belakang lalu bertanya, “Apa itu Islam? Apa itu negara Islam? Politik Islam? Ekonomi Islam” dan lain sebagainya. Continue reading

Bersiap Menyalip di Tikungan Terakhir


Akhirnya saya punya alasan untuk membuat tulisan ini. Dari dulu saya selalu kebingungan untuk menulis tentang RBM di Baluran. Sejak dideklarasikan 2009 lalu, RBM di Baluran tiba-tiba memasuki musim kemarau sangat panjang lalu berdomansi. Nothing has been happened in 2009 till 2012. Kadang-kadang saya masih heran, kok bisa saya diundang kesana-sini menjadi pemateri tentang RBM. Dari taman nasional satu ke taman nasional lainnya. Padahal saya gak punya modal apa-apa untuk duduk di meja dengan plakat “Pemateri” dan sebuah microphon itu. Dan sekarang, setelah ceperan sebagai pemateri sudah sepi, baru saya menemukan alasannya. Continue reading

Nasionalisme Smart Phone


Di postingan sebelumnya, saya sempat cerita sedikit tentang hape Android China rasa Amrik baru saya: Lenovo. Ah, sebenarnya gak amrik-amrik banget juga sih. Agak-agak Korea dikit lah. Lo, bukannya Android Korea lebih handal dibandingkan US? Whatever lah, yang penting saya gak kecewa dengan hape China satu ini. Bolehlah kasih bintang empat setengah dari lima bintang tertinggi kalau saya boleh me-rating. Continue reading

Menjadi Citizen Scientist di Kawasan Konservasi


Sekilas Tentang Hutan Indonesia

Indonesia adalah negara megabiodiversity, itu adalah fakta. Kekayaan hayati yang melimpah membuatnya menjadi negara dengan kekayaan hayati tertinggi setelah Brasil meskipun luas hutannya ketiga di dunia. Kekayaan hayati Indonesia dibandingkan dengan jumlah total yang ada di dunia adalah 10 persen spesies tanaman berbunga, 12 persen spesies mamalia, 16 persen spesies reptilia dan amfibia, 17 persen spesies burung, serta 25 persen spesies ikan. Tapi, di sisi lain, Indonesia adalah negara dengan laju deforestasi terbesar di dunia! Itu juga fakta! Dan itu menyakitkan!

Dalam setahun 1,7 juta hektar hutan Indonesia musnah, atau setara dengan 3,23 hektar per menit! Bahkan tahun 2005-2008, menurut laporan yang dikeluarkan oleh FAO dalam State of the World’s Forests 2007, laju kerusakan hutan Indonesia mencapai 1,8 juta hektar per tahun! Luar biasa! Continue reading

Banyak Bekerja, Banyak Bicara


Saya selalu heran setiap kali mendengar jawaban adik-adik kelas saya semasa kuliah saat ditanya, “Kenapa kalian masuk kehutanan?” lalu dijawab dengan agak-agak bingung juga, “Ingin menyelamatkan hutan!” ada juga yang menjawab dengan redaksi berbeda, “Ingin menjadi seorang conservasionist!” Mungkin jika pertanyaan itu dilayangkan kepada saya 13 tahun yang lalu, jawaban sama yang mungkin saya berikan. Hutan adalah tempat terindah di muka bumi. Hutan menjadi salah satu faktor paling penting terhadap kehidupan semua organisme di planet ini. Termasuk manusia! Tapi bukan berarti bekerja di hutan, apalagi menyelamatkannya adalah perkara mudah apalagi menyenangkan. Continue reading

Avitourism: Ekowisata Masa Depan Taman Nasional Baluran


Pendahuluan

Ekowisata, sebagai sebuah wacana pemanfaatan sumberdaya hutan masa depan yang ramah ekologis, dan menguntungkan secara ekonomis pada dasarnya masih menjadi perdebatan seputar pengertiannya. The International Ecotourism Society mendefinisikan ekowisata sebagai “sebuah wisata yang memperhatikan aspek alami melalui menjaga lingkungan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar hutan”. The Australian Commission on National Ecotourism Strategy menyebutkan ekowisata sebagai “wisata berbasis alam yang meningkatkan fungsi pendidikan dan pemahaman terhadap lingkungan yang bertujuan untuk keberlanjutan ekologi”.

Berbeda dengan wisata massal (mass tourism) yang kenyataannya banyak berkembang di negara-negara berkembang. Wisata massal sama sekali tidak memperhatikan aspek kelestarian lingkungan, pendidikan, apalagi kesejahteraan masyarakat lokal dan parahnya skema wisata massal ini masih menjadi andalan pengelola kawasan konservasi untuk mendongkrak PNBP mereka. Dengan harga tiket masuk Rp. 2500 per orang untuk masuk ke kawasan Taman Nasional adalah harga yang sangat murah untuk mengundang banyak orang untuk masuk ke kawasan. Maka yang menjadi permasalah dan pertanyaan besar adalah bagaimana dampak keberadaan manusia yang begitu besar di dalam kawasan terhadap ekologi kawasan?

Continue reading

Mencari Energi Alternatif di Hutan Taman Nasional Baluran


agak serius dikit yuk…

Energi alternatif, dua kata yang seperti memberi harapan baru kepada semua umat manusia di seluruh dunia, di kehidupan sekarang dan masa datang. Kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan yang mengalami akselerasi sangat cepat sejak meletusnya revolusi industri tahun 1700-1869 ternyata menyisakan ketakutan tersendiri. Ketakukan akan terhentinya atau setidaknya melambatkan laju perkembangan teknologi akibat berkurangnya suplai energi.

Dalam terminologi ilmu biologi, energi dikaji dalam perspektif mikrokosmos yang menjelma di setiap sel organisme dalam bentuk seperti karbohidrat, lipid dan protein yang bereaksi dengan oksigen dalam proses respirasi. Dari sistem metabolisme inilah, melalui berbagai rangkaian biologis-mekanis tubuh manusia, energi membuat manusia mampu melakukan pekerjaan-pekerjaan yang ringan seperti membalikkan tangan sampai menerbangkan pesawat yang beratnya bisa mencapai ratusan ton. Jika ditarik jauh ke belakang, berdasarkan teori Awal Penciptaan materialisme Darwin, Energi-lah yang bertanggung jawab terhadap transformasi asam amino yang tidak hidup sehingga menjadi benda bernyawa dalam bentuknya yang sangat primitif: mikroba.

Dalam terminologi astronomi, dalam perspektif makrokosmos, energi menjelma dalam berbagai macam bentuk fenomena seperti planet, galaksi, supernova, gravitasi bintang-bintang, cahaya gamma atau bahkan Big Bang, sebuah ledakan besar yang memulai terciptanya seluruh isi jagad raya.

Akhirnya, energi adalah sesuatu yang tidak bisa dilepaskan dalam setiap proses mikrokosmos biologis organisme makhluk hidup maupun makrokosmos astronomi-fisika dalam pola kerja jagad raya. Kehidupan, dimanapun itu diselenggarakan akan selalu dilingkupi oleh energi dalam berbagai macam bentuknya. Energi tidak akan pernah mati karena dia memiliki siklusnya sendiri yang melingkar dan terus melingkar.

Continue reading