Surga Wingit Berlabel Classified


Sudah lama rasanya gak minum air asin. Apalagi sejak si bebi yang lucu dan ginuk-ginuk itu menghirup udara pertamanya. Rasanya ngudang anak sendiri memang sangat melenakan. Apalagi kalo si Lala sudah bisa diajak berkomunikasi di umurnya yang belum genap 2 bulan itu.

Penyelaman terakhir saya kalo gak salah bulan Maret. Itu adalah penyelaman paling bodoh yang sangat beresiko terjadi kecelakaan. Padahal kecelakaan di dalam air resiko terbaiknya adalah lumpuh, resiko terburuknya silahkan dikira-kira sendiri. Memang sejak penyelaman terakhir itu, saya sama Ferdy bersepakat untuk rehat sejenak. Memberikan kesempatan tubuh untuk mereparasi dirinya. Karena saya yakin sejak penyelaman di Balanan itu, pasti ada beberapa sistem biologis tubuh yang agak kacau.

Enam belum setelahnya, minggu lalu, akhirnya tiba waktunya untuk mengakhiri puasa slulup. Apalagi kali ini lokasinya di pantai sisi utara Baluran. Dulu jaman Baluran masih berjaya di jagad per-taman nasional-an, pantai utara ini adalah primadona bagi banyak penyelam. Dan siapa lagi artis terbaiknya kalau bukan pantai Bilik-Sijile? Dan dari dulu saya selalu penasaran merasakan air asin pantai ini, lagi dan lagi.

Namun saat ini, 30 tahun sejak dideklarasikan sebagai kawasan konservasi, pantai utara Baluran banyak mengalami perubahan. Perubahan apalagi selain kerusakan yang membabi buta? Jauh dari pengawasan petugas, berbeda dengan Bama, pantai-pantai di sisi utara Baluran adalah tempat favorit para nelayan berwatak jahat yang suka mencari ikan dengan cara ilegal: bom dan racun. Menyelam di daerah ini tahun lalu sangat meyakinkan saya betapa praktik perusakan ini terjadi sangat tidak terkendali. Karang mati dan rubble berserakan dimana-mana. Mungkin karena arus kencang selama bertahun-tahun lah yang berjasa “membersikan” karang-karang mati itu sehingga hanya tersisa pasir.

Barengan dengan kegiatan Monitoring Terumbu Karang yang dilakukan oleh teman-teman Seksi II Karangtekok, rasa penasaran untuk mencari spot legendaris 30 tahun yang lalu tiba-tiba membuncah. Selama berendam di sekitar pantai utara Baluran saya memang belum pernah menemukan padanan terumbu karang yang sedap dipandang seperti above 15 m Bama-Kalitopo atau under 18 Balanan. Sejauh ini yang saya lihat hanya karang mati bertebaran di mana. Tapi saya yakin pasti ada sisa-sisa kejayaan 30 tahun yang lalu itu. Tapi dimana?

Berlagak sok mikir sambil urek-urek upil, saya menganalogikan dengan hutan di daratan. Di jawa, dimanakah bisa ketemu hutan yang masih bagus? Kalu bukan hutan-hutan di gunung yang jauh dari pemukiman pasti tanah kuburan! Kalu hutan di gunung sudah pasti aman karena urusannya sama polisi hutan dan pengadilan. Tapi kalau kuburan? Siapa yang berani menjarah kuburan?

Nah, kalau di laut, dimanakah tanah kuburan yang “wingit” dan sangat jarang didatangi orang itu?

Akhirnya kami, para anggota tim, bersepakat untuk mengunjungi sebuah titik yang sangat jarang dikunjungi nelayan. Saya tanya kepada nahkoda kapal yang sudah pasti sangat paham perairan Baluran, kenapa tempat itu jarang didatangi? Jawabannya sangat predictable: karena ombaknya paling besar dan arusnya tidak bisa diperkirakan! Wingit!

Betul apa yang dikatakan pak nahkoda, hari pertama kita sampai gak berani mendekat lokasi karena ombaknya luar bisa jahat! Rasanya kayak naik kapal off road. Ketiga penyelam inti akhirnya memutuskan untuk kembali besok pagi-pagi sekali mendahului ombak. Apalagi di dive sebelumnya di titik Air Karang, kami sudah dihajar habis-habisan sama arus bawah. Bahkan Ferdy yang kalo masuk air  telinganya langsung berubah jadi insang saja sampai muntah berkali-kali di dalam air.

Singkat cerita, besoknya paginya kita sudah berada di tanah kuburan itu. Tanpa banyak ribet ketiga penyelam langsung turun, saya yang kebagian tukang foto-foto turun paling akhir karena terpaksa harus be’ol dulu. Be’ol di laut, can you imagine a yellow things float on clean blue surface? hahaha…

Begitu turun, langsung meluncur ke 10 meter, betul apa yang saya perkirakan tentang tanah wingit ini. Karangnya luar biasa mempesona! Ikan schooling dalam jumlah besar, karang tabulet, soft coral sangat berlimpah di sini! Bahkan ikan schooling ini sepertinya terbanyak di antara spot-spot lain di Baluran. Dan bagi saya, untuk mengetahui bahwa suatu lokasi belum banyak dijarah manusia adalah begitu banyaknya sea fan yang bertebaran ke setiap mata memandang! Amazing! Bahkan saya tidak menemukan pemandangan ini di Bama yang notabene pantai paling steril di Baluran. Kalaupun ada yang menandingi, sejauh ini hanya pantai Balanan saja, itupun kita harus turun di bawah 18-20 meter. Sialnya, gak semua penyelam boleh turun sampai kedalaman ini.

Benar-benar surga bawah air. Surga yang wingit!

seafan

Salah satu sea fan yang bisa bikin orang senyum-senyum sendiri

Tapi sayang, waktu berpesta pora menghabiskan space memory kamera tidak banyak. Ombak yang sudah mulai menggila dan arus bawah yang tidak kalah ugal-ugalan memaksa dua penyelam lain harus naik secepat mungkin. Saya sendiri harus menyelam sendiri karena tidak rela kalau pemandangan ini harus dibiarkan begitu saja. Memanfaatkan waktu yang sempit sambil bergoyang-goyang dibelai arus tidak banyak juga yang bisa didapat. Mungkin satu-satunya big fish yang bisa saya bawa naik adalah Bumphead Parrotfish (Bolbometopon muricatum). Karena ikannya memang gede banget. Panjang maksimalnya bisa mencapai 1,3 m dengan berat maksimal 46 kg.

Ikan yang sudah sangat jarang ditemukan (status Vulnerable menurut IUCN) ini bahkan santai saja berpapasan dengan penyelam. Sesuatu yang sangat jarang saya temukan di Baluran, yaitu ketemu ikan besar yang lulut dan ramah. Jadilah saya habiskan sisa space memory untuk mengambil foto dan video ikan yang baru saya jumpai kali kedua ini. Seandainya saja waktu tidak memisahkan kita… sudah takgoreng kamu sekalian hahaha…

bumphead parrotfish - Bolbometopon muricatum

Si kepala benjut yang cantik

Begitu muncul di permukaan, terlihat di atas kapal muka orang-orang sudah burem semua. Muka-muka mabok laut. Tak terkecuali kumendan bawah air, Pak Dikar, yang hampir terserang hipotermia. Bulan-bulan ini adalah musim angin tenggara, yang selain membawa ombak dan arus besar, angin ini juga membawa air yang sangat dingin. Ya sudahlah.. naik saja..

By the way, sepertinya saya belum menyebutkan nama lokasi wingit ini ya? Hehehe sori brow, untuk sementara demi keamanan bersama nama lokasi masih disimpan dalam map khusus berlabel Classified! Bukannya pelit, karena surga ini bernilai 30 tahun dan segala cara akan kami lakukan untuk melindunginya dari segala ancaman.

May God bless this land…

5 thoughts on “Surga Wingit Berlabel Classified

  1. sumpah keren banget foto pemandangan bawah lautnya, apalagi kalo bisa ngeliat langsung.

    hehehehe tapi kalau ane mah angkat tangan, boro-boro nyelem, berenang aja ga bisa. kalo tenggelam kayanya jago 😛

    **makasih mas dah mampir di baluran&me 😀

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s